Keindahan Islam (10)

Keindahan Islam (10)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

يكفي المؤمن أن يعلم؛ أن ما أمر الله به؛ فهو لمصلحة محضة أو غالبة، وما نهى الله عنه؛ فهو مفسدة محضة أو غالبة، وأن الله لا يأمر العباد بما أمرهم به لحاجته إليهم ولا نهاهم عما نهاهم بخلاً به عليهم، بل أمرهم بما فيه صلاحهم، ونهاهم عما فيه فسادهم

“Cukuplah seorang mukmin mengetahui bahwa perkara yang Allah perintahkan itu demi merealisasikan maslahat murni atau maslahat yang mendominasi. Sedangkan perkara yang Allah larang, maka pastilah mengandung mudharat (bahaya/kerusakan) murni atau mudharat yang mendominasi. Dan Allah tidaklah memerintahkan hamba-Nya dengan suatu perintah karena Allah membutuhkan mereka, demikian pula Allah tidaklah melarang mereka dengan suatu larangan karena Allah bakhil terhadap mereka, (tidaklah demikian). Akan tetapi (yang benar), Allah memerintahkan kepada mereka dengan sesuatu yang mengandung kebaikan bagi mereka, sedangkan Dia melarang mereka dari sesuatu yang membahayakan mereka (Majmu’ul Fatawa [27/91]).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

العمل إذا اشتمل على مصلحة ومفسدة؛ فإن الشارع حكيم، فإن غلبت مصلحته على مفسدته؛ شرعه، وإن غلبت مفسدته على مصلحته؛ لم يشرعه، بل نهى عنه

“Suatu amal jika mengandung maslahat dan mafsadat (kerusakan/bahaya) sekaligus, (ketahuilah bahwa) Sang Pembuat syari’at (Allah) adalah Maha Bijaksana. Jika maslahatnya lebih besar mafsadatnya, maka Allah syari’atkan hal itu. Namun jika mafsadatnya lebih besar dari maslahatnya, maka Allah tidak mensyari’atkannya, bahkan melarangnya” (Majmu’ul Fatawa [11/632]).

Diantara dalilnya, yaitu firman Allah Ta’ala dalam masalah perintah,

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 216).

Perhatikanlah ayat di atas, perintah Allah untuk berperang -pada keadaan yang memang disyari’atkan untuk berperang- boleh jadi ini merupakan perintah yang berat dan tidak disukai oleh banyak orang, karena adanya ancaman kematian, cacat, kerusakan, pemerkosaan, dan ancaman bahaya yang lainnya.

Namun dikarenakan maslahat, manfaat, keuntungan dan kebaikan yang besar terdapat di dalamnya, seperti jayanya Islam dan kaum muslimin, makmurnya bumi dengan tauhid dan Ahli Tauhid, tegaknya hukum Allah di muka bumi, serta kebaikan dan maslahat lainnya yang jauh lebih besar dibandingkan mudharatnya, maka tepatlah jika Allah syari’atkan hal itu.

Firman Allah Ta’ala dalam masalah larangan:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا

Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, ‘Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ (QS. Al-Baqarah: 219).

Allah Ta’ala menyebutkan bahwa dalam khamr dan judi itu terdapat beberapa manfaat duniawi bagi manusia, namun dikarenakan mudharat dosanya lebih besar dari manfaat keduanya meski manfaat duniawinya banyak, maka Allah larang manusia dari khamr dan judi tersebut. Adapun adanya beberapa manfaat duniawi dalam khamr dan judi, sesungguhnya hal itu merupakan ujian keimanan atas hamba-hamba-Nya, bukan justru menjadi alasan melegalkan khamr dan judi tersebut.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29453-keindahan-islam-10.html

Keindahan Islam (9)

Keindahan Islam (9)

4. Agama Islam Dibangun di Atas Prinsip Meraih Kebaikan dan Menolak Bahaya

Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan untuk kebaikan bagi hamba-hamba-Nya dan demi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala sama sekali tidak membutuhkan ketaatan hamba-hamba-Nya, sehingga dalam memerintahkan dan melarang hamba-hamba-Nya, semata-mata demi kebaikan dan kebahagiaan mereka sendiri.

Apakah Maksud dari Agama Islam Dibangun di Atas Meraih Kebaikan dan Menolak Bahaya?

Maksud dari pernyataan di atas adalah setiap perkara yang Allah perintahkan, pastilah mengandung kebaikan, manfaat, keuntungan dan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya, dan setiap perkara yang Allah larang, pastilah mengandung keburukan, kerusakkan, dan bahaya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

الله لم يأمرنا إلا بما فيه صلاحنا، ولم ينهنا إلا عما فيه فسادنا

“Allah tidak memerintahkan kita kecuali dengan perintah yang mengandung kebaikan bagi kita, dan tidaklah melarang kita kecuali dari perkara yang mengandung kerusakan/bahaya bagi kita” (Majmu’ul Fatawa (25/282))1.

Dalil-dalil tentang hal di atas, di antaranya yaitu, firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiyaa’: 107).

Konsekuensi keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan Allah yang membawa ajaran rahmat adalah ajaran beliau bawa ajaran tersebut mengandung prinsip meraih kebaikan dan menolak bahaya dan kerugian.

Firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al-Maaidah: 3).

Penyempurnaan nikmat dari Allah adalah dengan cara menyempurnakan agama Islam ini, sedangkan kesempurnaan agama Islam terwujud dengan syari’at yang mengandung prinsip meraih kebaikan dan menolak bahaya.

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 179).

Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa syari’at qishash yang sepintas lalu nampak keras, sesungguhnya mengandung kasih sayang kepada manusia, karena alasan hukum qishash tersebut diberlakukan dalam Islam untuk menjaga kelangsungan hidup manusia dengan memberikan efek jera kepada orang yang membunuh jiwa tanpa alasan yang dibenarkan. Dengan demikian jiwa manusia pun akan aman dari pembunuhan yang batil, setidaknya dapat diminimalisir.

Setiap Perintah Allah Mengandung Maslahat, dan Setiap yang Dilarang Mengandung Bahaya

Ketahuilah wahai para pembaca, bahwa setiap perkara yang Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan, baik yang hukumnya sunnah maupun wajib,  mengandung dua kemungkinan, yaitu:

  1. Manfaatnya murni.
  2. Manfaatnya lebih besar dari kerugiannya (mudharat) yang sifatnya duniawi belaka.

Dan setiap perkara yang Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam larang, baik yang hukumnya makruh maupun haram,  mengandung dua kemungkinan,

  1. Mudharat, mafsadat, bahaya, kerugian, atau kerusakan yang murni.
  2. Mudharatnya lebih besar dari manfaat yang bersifat duniawi semata.

 

 

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

____

Sumber: https://muslim.or.id/29441-keindahan-islam-9.html

Keindahan Islam (8)

Keindahan Islam (8)

3. Islam adalah agama yang mudah

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu kesulitan/keberatan” (QS. Al-Hajj: 78).

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286).

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah: 185).

Agama Islam ini dibangun di atas kelembutan, kasih sayang, dan kemudahan, oleh karena itulah ciri khas agama Islam ini adalah mudah dipahami dan mudah diamalkan. Perlu diketahui, ditinjau dari kemampuan seorang hamba dalam melakukannya, suatu perkara itu terbagi menjadi dua, yaitu:

  1. Perkara di Luar Kemampuan Seorang Hamba, maka Allah Ta’ala tidak membebani seorang hamba untuk melakukan perkara jenis ini.
  2. Perkara yang Berada di Dalam Kemampuan Seorang Hamba, maka untuk perkara jenis ini, masih terbagi menjadi dua macam, yaitu:

– Allah Ta’ala Tidak Memerintahkan Sebagian Perkara Jenis Ini, padahal hamba-Nya mampu melakukannya. Hal ini merupakan wujud kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, seperti perkara-perkara yang hukum asalnya mubah yang mampu dilakukan oleh hamba-Nya, perkara tersebut tidaklah disunnahkan dan tidaklah diwajibkan.

– Allah Ta’ala Memerintahkan Sebagian Lainnya dari Perkara Jenis Ini kepada Hamba-Nya, karena memang hikmah Allah menuntut seorang hamba untuk melakukannya, baik itu hukumnya sunnah maupun wajib, demi tercapai tujuan hidupnya dan bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Allah Maha Mengetahui bahwa kebahagiaan dan ketentraman hamba-Nya akan terwujud dengan melakukan perkara tersebut. Jadi, sesungguhnya diperintahkannya perkara jenis ini, bukanlah karena Allah membutuhkan ketaatan hamba-Nya, tidaklah demikian. Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya sedikit pun, justru makhluk-Nya lah yang tidak pernah terlepas dari membutuhkan Allah walau sesaatpun.

Meski demikian, untuk perkara yang berada didalam kemampuan seorang hamba ini, jika dalam pelaksanaannya seorang hamba menemui kesulitan atau keberatan di luar kewajaran, maka Allah pun tetap menyayangi hamba-Nya dengan memberikan keringanan dan kemudahan, dengan dua bentuk berikut ini, yaitu:

a) Peringanan dan Pemudahan, dengan tetap diperintahkan melakukan, namun tidak dalam bentuk sempurna seperti pada asalnya ketika tidak muncul kesulitan atau keberatan di luar kewajaran.

Contohnya: Tayammum ketika berat menggunakan air, duduk ketika tidak mampu berdiri dalam shalat, meringkas shalat dalam safar, serta menjamak dua shalat fardhu dalam keadaan sulit melakukan keduanya dalam waktunya masing-masing,

b) Pengguguran Totalitas, sama sekali tidak diperintahkan ketika itu. Contohnya: pengguguran kewajiban, seperti gugurnya kewajiban shalat jum’at karena ada halangan, serta gugurnya kewajiban ibadah haji dan umrah jika tidak mampu.

Inilah agama Islam yang sesuai dengan fitrah dan kemampuan manusia, karena di antara manusia ada yang mendapatkan keadaan-keadaan yang sulit atau berat, seperti sakit, keadaan terpaksa, lupa, safar, tidak tahu, kekurangan, dan keadaan sulit yang lainnya.

Maka jika seorang hamba menemukan keadaan-keadaan tersebut di luar kewajaran, maka dalam Islam terdapat solusi yang mudah dan ringan. Kemudahan dan keringanan dalam Islam ini merupakan wujud kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan bukti bahwa Allah menurunkan agama Islam bukan untuk memberatkan dan menyulitkan hamba-Nya, namun justru demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Jadi, sesungguhnya hamba-Nya lah yang membutuhkan ajaran agama Islam tersebut agar tercapai tujuan hidupnya dan bahagia di dunia dan akherat.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29427-keindahan-islam-8.html

Keindahan Islam (7)

Keindahan Islam (7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam Mengajak Manusia untuk Mengesakan Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam yang mengetahui berbagai macam kesyirikan yang terjadi di tengah-tengah umat ketika itu tidaklah tinggal diam. Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam mendakwahi mereka dan menyeru mereka agar beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman, menjelaskan tentang dakwah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi was sallam,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-A’raaf: 158).

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan kepada cahaya dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS.Ibrahim: 1).

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS.Al-Bayyinah: 5).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS.Al-Baqarah: 21).

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia” (QS.Al-Israa`: 23).

Ironisnya, kaum musyrikin yang menyembah selain Allah itu mengakui bahwa Allah lah satu-satunya Sang Pencipta, Yang Maha Memberi rezeki, sebagaimana firman-Nya,

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?’” (QS. Yunus: 31).

Namun, mereka menyembah selain Allah dengan keyakinan mereka bahwa sesembahan selain Allah itu sebagai perantara antara mereka dengan-Nya dalam beribadah, sebagaimana firman-Nya,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah perantara kami di sisi Allah’ (QS. Yunus: 18).

Dengan demikian, nampak sekali bahwa hadirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam membawa agama Islam di tengah-tengah masyarakat yang seperti itu, benar-benar mengeluarkan manusia dari berbagai macam bentuk kegelapan -terutama kegelapan syirik- kepada cahaya tauhid dan ketaatan kepada Allah.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29387-keindahan-islam-7.html

Keindahan Islam (6)

Keindahan Islam (6)

2. Islam Agama Tauhid

Keyakinan yang dianut bangsa Arab sebelum munculnya dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah kesyirikan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah dari Abu Raja’ Al-‘Uttharidi, ia berkata,

كنا نعبد الحجر فإذا وجدنا حجراً هو خير منه ألقيناه وأخذنا الآخر، فإذا لم نجد حجراً جمعنا حثوة من تراب ثم جئنا بالشاة فحلبنا عليه ثم طفنا به

“Dahulu kami menyembah batu, jika kami mendapatkan batu yang lebih baik (dari sebelumnya), kami buang batu yang lama dan kami ambil batu yang baru. Lalu jika kami tidak mendapatkan satu batu pun (yang cocok, pent.), kami kumpulkan segenggam tanah lalu kami bawa seekor kambing dan kami perah susunya di atasnya, kemudian kamipun mengitarinya (thawaf )”.

Al-Qur’anul Karim telah menjelaskan tentang keadaan umat terdahulu secara umum, sebelum munculnya dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam, bahwa di tengah-tengah mereka banyak terjadi kesyirikan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah perantara kami di sisi Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)” (QS. Yunus: 18).

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3).

وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَٰذَا لِشُرَكَائِنَا ۖ فَمَا كَانَ لِشُرَكَائِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَائِهِمْ ۗ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata (sesuai dengan persangkaan mereka), “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami.” Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu.” (QS. Al-An’aam: 136).

Dan terdapat banyak ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat di atas. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Bin Baz rahimahullah, bahwa sejumlah hadits yang shahih, kitab-kitab Shirah Nabawiyyah dan kitab-kitab sejarah yang menjelaskan tentang keadaan umat-umat sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam menunujukkan bahwa sesungguhnya -sebelum diutusnya Rasulullah  ‘alaihish shalatu was salam- terdapat beranekaragam kesyirikan yang dilakukan penduduk bumi. Di antara mereka ada orang yang menyembah patung dan berhala, sebagian lagi ada orang yang menyembah mayit di kuburan, sebagian lagi menyembah matahari, bulan dan bintang-bintang, serta ada pula orang yang menyembah sesembahan (selain Allah) yang lainnya.1

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

_____

Sumber: https://muslim.or.id/29376-keindahan-islam-6.html

Keindahan Islam (5)

Keindahan Islam (5)

Ibnul Qoyyim rahimahullah Berbicara tentang Kesempurnaan Islam

Perhatikanlah, para pembaca, bagaimana Ibnul Qoyyim rahimahullah menggambarkan kepada kita kesempurnaan Islam yang hal ini sesungguhnya menunjukkan keindahan Islam. Berikut ini kami sarikan1 penjelasan beliau yang tertulis dalam kitabnya I’lamul Muwaqqi’in (4/285-286).

Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah agama yang sempurna, menyeluruh, mencukupi kebutuhan manusia, sehingga umat Islam tidak membutuhkan ajaran agama selainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam telah menjelaskan kepada umat ini tentang hukum kehidupan, kematian maupun setelahnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam wafat, sedangkan tidak ada satu pun kebaikan yang dibutuhkan manusia kecuali telah beliau shallallahu ‘alaihi was sallam jelaskan. Beliau  shallallahu ‘alaihi was sallam telah mengajarkan semua kebaikan, sampai pun adab buang hajat, hubungan badan antar suami istri, tidur, berdiri, duduk, makan, minum, menaiki kendaraan, safar, mukim, diam, berbicara, dan adab bergaul.

Beliau pun shallallahu ‘alaihi was sallam  mengajarkan tentang hakikat kekayaan, perihal kemiskinan, masalah sehat dan sakit.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam wafat dan beliau telah menjelaskan tentang sifat-sifat Al-‘Arsy, Al-Kursi, malaikat, jin, neraka, surga, hari Kiamat dan apa yang terjadi padanya hingga seolah-olah orang yang mendengarnya seperti sedang melihat dengan mata kepala sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam telah memberitahukan kepada umatnya tentang satu-satunya sesembahan mereka yang benar, yaitu Allah Tabaraka wa Ta’ala, dengan penjelasan yang sempurna. Mengenalkan kepada mereka nama Allah, sifat dan perbuatan-Nya. Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam mengenalkan kepada umatnya tentang para nabi ‘alaihimush shalatu was salam dan umat mereka, serta peristiwa yang terjadi di antara mereka, seolah-olah umatnya sedang hidup di tengah-tengah umat terdahulu.

Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam juga memberitahukan jalan-jalan kebaikan dan keburukan, yang nampak maupun tidak nampak, mengenalkan tentang keadaan-keadaan kematian, dan  alam barzakh, memberitahukan adanya hari kebangkitan dan prosesi di akherat nantinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam pun telah menjelaskan dengan gamblang dalil-dalil tentang tauhid, kenabian, kerasulan serta bantahan terhadap kelompok kufur dan sesat yang jika dipahami dengan baik, tidak akan tersisa sedikitpun syubhat dan kebingungan.

Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam pun mengajarkan ilmu tentang peperangan dan adab-adabnya, dan mengajarkan pula sebab-sebab kemenangan yang kalau diterapkan tidak ada satupun musuh Islam yang sanggup berhadapan dengan kaum muslimin.

Demikian pula, beliau shallallahu ‘alaihi was sallam menjelaskan tentang tipu daya setan dan pintu-pintunya sehingga umatnya pun bisa terlindungi dari keburukannya dengan mewaspadai tipu dayanya dan mennghindari pintu-pintunya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam pun telah menjelaskan tentang jiwa manusia, serta sifat-sifatnya dengan sempurna sehingga umatnya tidaklah membutuhkan penjelasan selainnya.

Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam pun mengajarkan tentang pedoman hidup manusia yang jika manusia menerapkannya, niscaya akan lurus hidupnya. Kesimpulannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam membawa ajaran kebaikan dunia dan akherat untuk umatnya dengan sempurna. Jadi, bagaimana mungkin muncul persangkaan bahwa agama Islam yang dibawa oleh beliau shallallahu ‘alaihi was sallam itu masih membutuhkan logika, analogi (qiyas), dan teori politik di luar Islam untuk menyempurnakan agama Islam?

Barangsiapa yang menyangka demikian, maka kedudukannya seperti orang yang menyangka bahwa manusia membutuhkan rasul lain sepeninggal beliau shallallahu ‘alaihi was sallam. Dan faktor penyebab sangkaan yang salah itu adalah sedikitnya pemahaman orang yang menyangka tentang agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam dan tidak banyak mengenal pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam, yang mana para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah orang-orang yang mencukupkan diri mereka dengan agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam dan mereka tidak membutuhkan kepada ajaran agama selainnya, oleh karena itu mereka berhasil menjadi penyebab terbukanya hati manusia  dan terbukanya berbagai negeri di bawah kepemimpinan mereka.

[Bersambung]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

______

  1. Dengan sedikit penambahan dan pengurangan kata-kata untuk penyesuaian bahasa, namun tanpa merubah intisari penjelasan beliau 

Sumber: https://muslim.or.id/29365-keindahan-islam-5.html

Keindahan Islam (4)

Keindahan Islam (4)

Agama Islam merupakan agama yang sempurna dari segala sisi, tidak ada kekurangan, tidak ada kesalahan, dan tidak ada aib di dalam agama ini sedikitpun. Tidak ada satupun kebaikan yang dibutuhkan umat manusia kecuali Allah telah jelaskan dalam agama Islam dengan penjelasan yang sempurna, jelas, dan gamblang yang mampu dipahami oleh manusia.

Demikian pula, dalam agama Islam ini tidak ada satupun dari keburukan yang membahayakan umat manusia kecuali Allah telah peringatkan manusia darinya. Hal ini adalah perkara yang ditetapkan dalam Alquran dan As-Sunnah dan disepakati oleh ulama kaum muslimin. Beberapa dalil berikut ini menjadi dasarnya:

Firman Allah Ta’ala:

مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ

Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab” (QS. Al-An’aam: 38).

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An-Nahl: 89).

Firman Allah Ta’ala:

وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا

Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas” (QS. Al-Israa’: 12).

Dalam Dar`u Ta’arudhil ‘aqli wan naqli, Ibnu Taimiyyah rahimahullah setelah menyebutkan ayat-ayat Alquran yang menunjukkan bahwa Kitabullah menjelaskan seluruh petunjuk Allah yang dibutuhkan manusia, beliau mengatakan,

ومثل هذا في القرآن كثير، مما يبين الله فيه أن كتابه مبيِّن للدين كله، موضح لسبيل الهدى، كافٍ لمن اتبعه، لا يحتاج معه إلى غيره يجب اتباعه دون اتباع غيره من السبل

“Dan ayat-ayat yang seperti ini dalam Alquran banyak jumlahnya, yang mana Allah menjelaskan di dalamnya bahwa Kitab-Nya menjelaskan seluruh ajaran agama Islam ini, menjelaskan jalan petunjuk-Nya, mencukupi bagi orang yang mengikutinya dan ia tidaklah membutuhkan petunjuk selain Alquran serta wajib baginya mengikutinya dan tidak boleh mengikuti jalan-jalan selainnya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda,

أيها الناس ! إنه ليس من شيء يقربكم من الجنة ويبعدكم من النار إلا قد أمرتكم به، وليس شيء يقربكم من النار ويبعدكم من الجنة إلا قد نهيتكم عنه

“Wahai manusia, sesungguhnya tiada sesuatupun yang mendekatkan diri kalian ke surga dan menjauhkan diri kalian dari dari neraka kecuali telah aku perintahkan kalian melakukannya.

Dan tidak ada sesuatupun yang mendekatkan diri kalian ke  neraka dan menjauhkan diri kalian dari dari surga kecuali telah aku larang kalian dari melakukannya”.

(HR. Ibnu Abi Syaibah dan Abdur Razzaq dalam Mushannaf keduanya, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dan selain mereka. Syaikh Al-Albani menshahihkannya As-Silsilah).

Dan masih banyak dalil lainnya yang menunjukkan kesempurnaan agama Islam. Ajaran agama Islam merupakan ajaran yang menyeluruh. Islam mengandung petunjuk yang mencakup seluruh sisi kehidupan manusia, baik di dunia dan akhirat.

Dalam Islam, terdapat petunjuk tentang aspek akidah, ibadah, mu’amalah, dan akhlak manusia, sebagaimana terdapat pula aturan tentang perekonomian, politik, sosial, budaya, dan keamanan. Sebagaimana terdapat pula aturan tentang individu, masyarakat, negara, maupun hubungan antar negara, serta seluruh sisi kehidupan lainnya. Dan semua petunjuk dan aturan dalam Islam merupakan ajaran yang sempurna dari segala sisi, dan tidak ada aib serta tiada pula kekurangan dari sisi manapun.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29354-keindahan-islam-4.html

Keindahan Islam (3)

Keindahan Islam (3)

– Firman Allah Ta’ala tentang Nabi Ibrahim ‘alaihis salam

وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ ۚ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh”.

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Islamlah (Tunduk patuhlah)!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.”.

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam (QS. Al-Baqarah: 130-132).

– Firman Allah Ta’ala tentang Nabi Musa ‘alaihis salam

وَقَالَ مُوسَىٰ يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ

Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar muslimin (QS. Yunus: 84).

– Firman Allah Ta’ala tentang Nabi Isa Al-Masih ‘alaihis salam

وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ

Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab: “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah muslim” (QS. Al-Maaidah: 111).

– Firman Allah Ta’ala tentang Para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam Terdahulu

إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berislam (berserah diri kepada Allah)…” (QS. Al-Maaidah: 44).

Dengan demikian, seluruh nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salam adalah muslim. Para pengikut mereka yang beragama dengan agama para nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salam yang masih murni sebelum dihapus, maka mereka pun disebut muslim.

2. Islam dengan Makna Khusus

Syaikhul Islam rahimahullah menyatakan di dalam risalah At-Tadmuriyyah bahwa Islam dengan makna khusus adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam dan umat yang menganutnya pun hanyalah kaum muslimin umat beliau shallallahu ‘alaihi was sallam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

فإن الإسلام الخاص الذي بعث الله به محمدا صلى الله عليه وسلم المتضمن لشريعة القرآن : ليس عليه إلا أمة محمد صلى الله عليه وسلم

“…karena sesungguhnya Islam dengan makna khusus yang Allah utus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam dengannya, lagi mengandung syari’at Alquran, maka (diantara umat-umat yang ada) hanyalah umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam yang memeluknya.”

Keistimewaan Agama yang Diridhai Oleh Allah

Agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah, maka tentulah agama ini memiliki keistemewaan sekaligus keindahan yang sangat banyak, di antara keistimewaan dan keindahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Islam adalah Agama yang Sempurna

Allah Ta’ala berfirman,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-Maaidah: 3).

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29334-keindahan-islam-3.html

Keindahan Islam (2)

Keindahan Islam (2)

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imraan: 85).

Syaikh As-Sa’di berkata,

أي: من يدين لله بغير دين الإسلام الذي ارتضاه الله لعباده، فعمله مردود غير مقبول، لأن دين الإسلام هو المتضمن للاستسلام لله، إخلاصا وانقيادا لرسله فما لم يأت به العبد لم يأت بسبب النجاة من عذاب الله والفوز بثوابه، وكل دين سواه فباطل

Maksudnya: barangsiapa yang beragama dengan agama selain Islam dalam rangka menyembah Allah -yang Islam itu adalah sebuah agama yang Allah ridhai untuk hamba-hamba-Nya-, maka (pastilah) amalnya tertolak, tidak diterima. Karena agama Islam mengandung kepasrahan kepada Allah dengan ikhlas dan ketaatan kepada para rasul-Nya. Oleh karena itu, selama seorang hamba tidak beragama dengannya, maka berarti ia tidak mengambil sebab keselamatan dari azab Allah dan sebab keberuntungan untuk mendapatkan pahala-Nya. Jadi, setiap agama selain Islam itu adalah agama yang batil.”

Apakah Itu Islam?

Kata “Islam” secara umum diperuntukkan untuk dua makna, yaitu:

1. Islam dengan Makna Umum

Islam dengan makna kepasrahan kepada Allah semata yang mengandung ketaatan dan peribadahan kepada-Nya semata. Oleh karena itulah,  para ulama rahimahumullah mendefinisikan Islam dengan makna umum ini dengan lafaz berikut.

الاستسلام لله بالتوحيد، والانقياد له بالطاعة، والبراءة من الشرك وأهله

“Berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menaati-Nya, dan benci terhadap perbuatan menyekutukan Allah (syirik) dan pelakunya”.

Maka barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hanya menyembah-Nya dengan melaksanakan syari’at-Nya yang masih murni dan belum dihapus, maka ia adalah seorang muslim dan agamanya disebut dengan agama Islam (dengan makna umum).

Agama Islam dengan makna umum ini merupakan agama seluruh para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam. Syaikhul Islam rahimahullah menyatakan di dalam risalah At-Tadmuriyyah yang disebutkan dalam Majmu’ul Fatawa,

وهذا الدين هو دين الإسلام الذي لا يقبل الله دينا غيره لا من الأولين ولا من الآخرين فإن جميع الأنبياء على دين الإسلام

“Agama ini adalah agama Islam, yang Allah tidak menerima agama selainnya, tidak dari orang-orang terdahulu yang pertama-tama dan tidak pula dari orang-orang belakangan (terakhir), karena seluruh para nabi ‘alaihimush shalatu was salam beragama Islam”.

Kemudian beliaupun menyebutkan dalil-dalil bahwa seluruh  para nabi ‘alaihimush shalatu was salam beragama Islam, di antaranya yaitu:

– Firman Allah Ta’ala tentang Nabi Yusuf ‘alaihis salam

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُونِ

Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.”

فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun darimu. Ganjaran untukku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan muslimin” (QS.Yunus: 71-72).

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29329-keindahan-islam-2.html

Tafsir Az-Zumar 38 (3) : Memutus Kesyirikan

Tafsir Az-Zumar 38 (3) : Memutus Kesyirikan

Faedah

Dalam ilmu Qawa’idut Tafsir terdapat sebuah kaidah,

إذا وقعت النكرة في سياق النفي أو النهي أو الشرط أو الاستفهام دلت على العموم

“Jika isim nakirah terletak pada konteks kalimat peniadaan, larangan, syarat, atau pertanyaan, maka menunjukkan makna yang umum”.

Jika kaidah ini diterapkan untuk memahami QS. Az-Zumar: 38, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh sesembahan selain Allah tidak akan mampu mendatangkan manfaat, menolak, maupun menghilangkan bahaya sedikit pun, apapun bentuk manfaat atau bahaya tersebut. Lalu, mengapa sesembahan-sesembahan tersebut disembah?

Berdalil dengan Ayat tentang Bantahan terhadap Syirik Akbar untuk Membantah Syirik Kecil

Dengan berbagai macam peribadatan yang kaum musyrikin persembahkan kepada selain Allah sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka ayat ini merupakan bantahan bagi pelaku syirik akbar, namun mengapa ulama membawakannya untuk membantah syirik jimat (termasuk syirik kecil). Perlu diketahui bahwa cara berdalil seperti ini dikenal oleh Salafush Shaleh rahimahumullah, seperti cara berdalil yang pernah dilakukan oleh Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu.

Alasan pendalilan

Bagaimana alasan pendalilan QS. Az-Zumar: 38 untuk sebuah kesimpulan hukum bahwa memakai jimat itu adalah syirik?

Jawab:

1) Alasan Pendalilan (wajhud dalalah) Pertama

Ayat ini untuk membantah ketergantungan hati pelaku syirik besar kepada sesembahan-sesembahan selain Allah, sedangkan ketergantungan ini pun ada dalam hati pemakai jimat. Walau kadar ketergantungan hati pemakai jimat kepada jimatnya tidaklah sebesar ketergantungan hati pelaku syirik besar kepada sesembahan-sesembahan mereka, asalkan pemakai jimat tersebut meyakini bahwa jimat itu sekedar sebagai sebab saja (syirik kecil).

Jadi ayat ini menunjukkan batilnya ketergantungan hati kepada selain Allah. Jika ketergantungan hati kepada sebagian para nabi, rasul dan orang-orang saleh saja adalah sebuah kebatilan, maka lebih-lebih lagi ketergantungan hati kepada jimat, benda-benda mati, yang tidak bernyawa dan rendahan itu. Inilah pendalilan yang dalam ilmu Ushulul Fiqh disebut sebagai Qiyasul Aulawi , yaitu analogi penyangatan.

2) Alasan Pendalilan (wajhud dalalah) Kedua

Ayat ini untuk menetapkan bahwa sesembahan-sesembahan mereka selain Allah tidak kuasa menolak bahaya atau memberi manfaat, maka lebih-lebih lagi jimat, yang merupakan benda rendahan itu. Jimat lebih tidak bisa memberi manfaat atau menolak bahaya dan lebih tidak bisa pula menjadi sebab yang berpengaruh dalam didapatkannya manfaat atau tertolaknya bahaya. Maka ini bantahan kepada pemakai jimat, walaupun meyakininya sekedar sebagai sebab saja. Berarti alasan pendalilan yang kedua ini juga menggunakan qiyas/analogi.

3) Alasan Pendalilan (wajhud dalalah) Ketiga

Sesembahan-sesembahan selain Allah tersebut tidak kuasa menolak bahaya atau memberi manfaat, karena memang sesembahan-sesembahan tersebut bukanlah sebab untuk itu. Maka hal ini dapat dianalogikan kepada segala sesuatu yang tidak terbukti sebagai sebab, lalu diambil sebagai sebab, maka itu adalah sebuah kesyirikan. Dengan demikian, ayat ini merupakan bantahan bagi pemakai jimat yang terjerumus kedalam syirik kecil maupun pemakai jimat yang terjerumus kedalam syirik besar, karena memang ayat ini pada asalnya untuk membantah pelaku syirik besar. Adapun perbedaan antara memakai jimat yang masuk dalam kategori syirik kecil dan memakai jimat yang masuk dalam kategori syirik kecil lebih lanjut bisa dibaca di: muslim.or.id/26308-penjelasan-kitab-Tauhid-tentang-jimat-gelang-2.html

[Selesai]

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29321-tafsir-az-zumar-38-3-memutus-kesyirikan.html