Penerimaan Santri Mukim angkatan ke-3 Baitulmuhsinin

Penerimaan Santri Mukim angkatan ke-3 Baitulmuhsinin

Pondok Tahfidzul Qur’an
Islamic Centre Baitulmuhsinin
 
Penerimaan Santri Mukim angkatan ke-3
 
Misi
1. Mencetak generasi Rabbani yang berpegung kepada Al-Qur’an dan Sunnah sesuai Pemahaman Salafus Sholih
2. Mendidik generasi penghafal Al Qur’an yang paham pokok-pokok agama dan beradab kepada Allah, RasulNya,Orangtua,sesama manusia dan makhluk secara umum serta mampu berbahahasa arab baik lisan maupun tulisan
3. Mencetak para Dai penghafal Al-qur’an yang bisa menyebarluaskan ilmunya kepada masyarakat luas
 
Syarat dan Ketentuan Cara Mendaftar
1. Pendidikan terakhir minimal SMP ( usia minimal 16 tahun )
2. Putra
3. Bermanhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah
4. Bisa membaca Al Quran dengan lancar
5. Sehat Jasmani dan Rohani
6. Menyerahkan surat izin dari orangtua
7. Mengisi Blanko pendaftaran dan surat pernyataan untuk tunduk dan taat pada peraturan dan tata tertib
8. Menyerahkan fotocopy identitas ( KTP/KK)
9. Menyerahkan foto 4x 6 sebanyak 4 lembar
10. Lulus ujian tertulis dan wawancara
 
Materi Pelajaran
1. Tahfidz
2. Dinniyah ( Aqidah, Manhaj, & Fiqih )
3. Bahasa Arab
 
Pengajar
1. Ustadz Nurmawan Abu Fauzan
2. Ustadz Abu Muhammad Triyono
 
Fasilitas
1. Masjid
2. Asrama
3. Seragam 2 stel
4. Al qur’an dan buku materi
5. Makan 3 x sehari
6. Kajian Dinniyah bersama
– Ustadz Afifi Abdul Wadud
– Ustadz Zaid Susanto
– Ustadz Muslam Abu Thoriq
– Ustadz Said Abu Ukasyah
– Ustadz Ahmad Mz
– Ustadz Muhammad Romelan
– Ustadz Faharudin
 
Waktu
1. Pendaftaran ( 2 Maret – 29 Juni 2019)
2. Ujian : 30 Juni 2019 ( pukul 08.00- selesai WIB )
3. Pengumuman Kelulusan 2 Juli 2019
4. Daftar ulang 3-5 Juli 2019
5. Mulai Pembelajaran : 6 Juli 2019
 
Target Kelulusan
Mampu menghafal Al-Quran dengan menempuh masa pendidikan selama 3 tahun
 
Biaya Pendidikan
1. Daftar ulang : Rp 1.000.000,-
2. Spp Bulanan : Rp 450.000,-
Gratis bagi calon santri yatim
*bila memenuhi kriteria penilaian dari pengurus/mudir
 
CP : Heru Pardiono
087734039359 ( Telp/ WA)
Kuota terbatas
 
Islamic Center Baitul Muhsinin (ICBM),
Jl. Temulawak-Sidomulyo, Temulawak, Triharjo, Sleman
Pelayanan Ambulance Gratis Wilayah Sleman DIY

Pelayanan Ambulance Gratis Wilayah Sleman DIY

Pelayanan Ambulance Gratis

Alhamdulillah,…

Ambulance Peduli Muslim beroperasi sejak 1 oktober 2017

melayani masyarakat secara umum

( tidak memandang suku, ras, dan agama )

serta tidak dipungut biaya ( gratis )

Melayani : antar jemput pasien

Rumah- Rumah Sakit – Puskesmas

Wilayah DIY – Sekitarnya

Permohonan Ambulance Pasien

Kirim via whatasapp : 081 38 3333 118

Dukung Peduli Muslim untuk terus berkhidmat

Penerimaan Santri Mukim angkatan ke-2 Pondok Tahfidzul Qur’an Islamic Centre Baitulmuhsinin

Penerimaan Santri Mukim angkatan ke-2 Pondok Tahfidzul Qur’an Islamic Centre Baitulmuhsinin

Pondok Tahfidzul Qur’an
Islamic Centre Baitulmuhsinin

Penerimaan Santri Mukim angkatan ke-2

Misi
1. Mencetak generasi Rabbani yang berpegung kepada Al-Qur’an dan Sunnah sesuai Pemahaman Salafus Sholih
2. Mendidik generasi penghafal Al Qur’an yang paham pokok-pokok agama dan beradab kepada Allah, RasulNya,Orangtua,sesama manusia dan makhluk secara umum serta mampu berbahahasa arab baik lisan maupun tulisan
3. Mencetak para Dai penghafal Al-qur’an yang bisa menyebarluaskan ilmunya kepada masyarakat luas

Syarat dan Ketentuan Cara Mendaftar
1. Pendidikan terakhir minimal SMP ( usia minimal 16 tahun )
2. Putra
3. Bermanhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah
4. Bisa membaca Al Quran dengan lancar
5. Sehat Jasmani dan Rohani
6. Menyerahkan surat izin dari orangtua
7. Mengisi Blanko pendaftaran dan surat pernyataan untuk tunduk dan taat pada peraturan dan tata tertib
8. Menyerahkan fotocopy identitas ( KTP/KK)
9. Menyerahkan foto 4x 6 sebanyak 4 lembar
10. Lulus ujian tertulis dan wawancara

Materi Pelajaran
1. Tahfidz
2. Dinniyah ( Aqidah, Manhaj, & Fiqih )
3. Bahasa Arab

Pengajar
1. Ustadz Nurmawan Abu Fauzan
2. Ustadz Abu Muhammad Triyono

Fasilitas
1. Masjid
2. Asrama
3. Seragam 2 stel
4. Al qur’an dan buku materi
5. Makan 3 x sehari
6. Kajian Dinniyah bersama
– Ustadz Afifi Abdul Wadud
– Ustadz Zaid Susanto
– Ustadz Muslam Abu Thoriq
– Ustadz Said Abu Ukasyah
– Ustadz Ahmad Mz
– Ustadz Muhammad Romelan
– Ustadz Faharudin

Waktu
1. Pendaftaran ( 1 Maret – 31 Mei 2018
2. Ujian : 1 Juli 2018 ( pukul 08.00- selesai WIB )
3. Pengumuman Kelulusan 3 Juli 2018
4. Daftar ulang 406 Juli 2018
5. Mulai Pembelajaran : 7 Juli 2018

Target Kelulusan
Mampu menghafal Al-Quran dengan menempuh masa pendidikan selama 3 tahun

Biaya Pendidikan
1. Daftar ulang : Rp 1.000.000,-
2. Spp Bulanan : Rp 400.000,-
Gratis bagi calon santri yatim
*bila memenuhi kriteria penilaian dari pengurus/mudir

CP : Heru Pardiono
087734039359 ( Telp/ WA)
Kuota terbatas

Islamic Center Baitul Muhsinin (ICBM),
Jl. Temulawak-Sidomulyo, Temulawak, Triharjo, Sleman

Apakah Kita Termasuk Orang yang Mentadaburi Al-Qur`an? (1)

Apakah Kita Termasuk Orang yang Mentadaburi Al-Qur`an? (1)

Apa itu Tadabur?

Huruf dasar دبر secara bahasa menunjukkan kepada makna: akhir dari sesuatu. Sedangkan tadabbur (تدبر) menunjukkan kepada makna memperhatikan kesudahan dari suatu perkara, dan memikirkan akibatnya. Dan kata tadabbur digunakan untuk setiap bentuk merenungkan sesuatu, bagian-bagiannya, perkara yang mendahuluinya, perkara yang mengikutinya, atau akibat suatu perkara. Oleh karena itu Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah mendefinisikan tadabbur sebagai berikut ini.

التأمل في الألفاظ للوصول إلى معانيها

“Merenungkan lafal-lafal untuk sampai kepada kandungan-kandungan maknanya”

Kata tadabbur berasal dari wazan At-Tafa’ul (التفعل) yang berfungsi menunjukkan kepada makna membebani perbuatan dan meraih sesuatu setelah mengerahkan usaha yang sungguh-sungguh.

Dengan demikian, orang yang bertadabur adalah orang yang  memperhatikan suatu perkara secara berulang-ulang atau dari berbagai sisi.[1]

Pada asalnya mentadaburi Al-Qur`an itu setelah paham maknanya, karena tidak mungkin seseorang dituntut untuk mentadaburi ucapan yang ia tidak pahami maknanya, dengan demikian mentadaburi Al-Qur`an itu pada asalnya setelah seseorang paham maknanya, atau dengan kata lain, ia paham tafsirnya, baru bisa merenungi berbagai pelajaran yang bisa diambil darinya.

Perintah Tadabur dalam Al-Qur`an Al-Karim

Didalam Al-Qur`an Al-Karim terdapat perintah untuk bertadabur di empat ayat yang agung.

– Dua ayat diturunkan terkait dengan kaum munafiqin, yaitu

firman Allah Ta’ala:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an? Kalau kiranya Al-Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa`: 82).

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).

– Dua ayat diturunkan terkait dengan kaum kafirin, yaitu:

أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ أَمْ جَاءَهُمْ مَا لَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الْأَوَّلِينَ

Maka apakah mereka tidak merenungkan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?” (QS. Al-Mu`minun: 68).

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran (yang baik)” (QS. Shad: 29), kendati ayat yang terakhir ini bisa mengandung kemungkinan bahwa kaum mukminin yang diperintahkan untuk mentadaburi Al-Qur`an, yaitu ketika ayat ini dibaca dengan jenis qira`ah yang menggunakan kata ganti orang kedua.

لتدَّبَّرُوا آيَاتِهِ[2]

“supaya kalian merenungi ayat-ayatnya”

Maksud kalian di sini adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pengikutnya.[3] Namun yang perlu diperhatikan bahwa turunnya ayat-ayat di atas, meskipun terkait dengan non-mukminin, bukan berarti kaum mukminin tidak tertuntut untuk mentadaburi Al-Qur`an, bahkan mereka lebih tertuntut untuk mentadaburi Al-Qur`an, karena merekalah orang-orang yang mau mengambil manfaat dari Al-Qur`an dengan mentadaburinya.

Adapun penjelasan sebelumnya di atas, sekedar menunjukkan bahwa ayat-ayat di atas diturunkan terkait dengan non mukminin, dan tidaklah menjelaskan siapa saja yang termasuk kedalam orang-orang yang diperintahkan untuk mentadaburi Al-Qur`an.

[Bersambung]

Redaksional

[1]. Diringkas dan sisimpulkan dari Mafhumut Tafsir wat Ta`wil wal Istinbath wal Mufassir, DR. Musa’id bin Sulaiman Ath-Thayyar, hal. 185 dan Ushulun fit Tafsir, Syaikh Al-Utsaimin, hal. 23.

[2]. Ini adalah qiro`ah Abu Ja’far Al-Madani, dan dinisbatkan kepada ‘Ashim [Lihat :Tafsir Ath-Thabari, dinukil dari  Mafhumut Tafsir wat Ta`wil wal Istinbath wal Mufassir, DR. Musa’id bin Sulaiman Ath-Thayyar, hal. 186].

[3]. Tafsir Ath-Thabari dinukil dari  Mafhumut Tafsir wat Ta`wil wal Istinbath wal Mufassir, DR. Musa’id bin Sulaiman Ath-Thayyar, hal. 186.

Link Artikel Berseri:

  1. Apakah Kita Termasuk Orang yang Mentadaburi Al-Qur`an? (1)
  2. Apakah Kita Termasuk Orang yang Mentadaburi Al-Qur`an? (2)

***

Penulis: 
Artikel: Muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/29799-apakah-kita-termasuk-orang-yang-mentadaburi-al-quran-1.html

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (5)

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (5)

2. Tafsiran kedua

“Apakah kalian menganggap al-laata, al-uzza, dan manaah itu sesembahan-sesembahan perempuan dan kalian tetapkan sesembahan-sesembahan permpuan tersebut sebagai sekutu-sekutu Allah Ta’ala yang layak untuk disembah, padahal biasanya kalian merendahkan perempuan dan kalian malu jika memiliki anak perempuan”1.

Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,

تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ

(22) Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

Maksudnya adalah itu merupakan pembagian yang zalim dan batil. Bagaimana bisa kalian membagi untuk Rabb kalian dengan model pembagian yang kalau seandainya pembagian seperti itu diterapkan di antara makhluk saja, akan terhitung sebagai bentuk kecurangan, ketidakadilan, kebatilan dan kedunguan. Bahkan sebenarnya kalian pun juga tidak mau mendapatkan pembagian anak perempuan, tapi kalian tetapkan anak perempuan itu untuk Allah Ta’ala.

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ

(23) Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.

Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Kemudian Allah berfirman mengingkari mereka terkait dengan bid’ah yang mereka ada-adakan dan perbuat, berupa kedustaan, mengada-ada dan kekufuran, dalam bentuk menyembah patung dan berhala serta menyebut patung dan berhala tersebut sebagai “sesembahan-sesembahan”, (maka Allah pun mengingkari mereka)

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya”

maksudnya (penamaan itu hanyalah) dari diri kalian sendiri,

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ

“Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya,”

maksudnya: (tidak menurunkan) hujjah (yang benar sedikit pun),

إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ

“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”

maksudnya: mereka tidak memiliki landasan (yang benar) kecuali sebatas berbaik sangka kepada bapak-bapak (pendahulu) mereka yang meniti jalan kebatilan sebelum mereka. Seandainya tidak demikian, tentulah penamaan itu dikarenakan mereka mengikuti nafsu mengejar kepemimpinan (kekuasaan) dan mengagungkan bapak-bapak mereka terdahulu.

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ

“dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka,”

maksudnya: Allah telah mengutus kepada mereka para rasul yang membawa kebenaran yang terang dan hujjah yang tegas, namun kendati demikian, mereka tidaklah mengikuti petunjuk (Allah) yang sampai kepada mereka dan mereka pun tidak mau tunduk melaksanakannya.

Penutup

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa faidah sebagai berikut:

  1. Kesalahan musyrikin yang disebutkan dalam Surat An-Najm: 19-23 ini ada tiga, yaitu:
    1. Mereka menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak mampu menimpakan mudharat (bahaya).
    2. Mereka memberi nama dan sifat kepada tiga sesembahan tersebut dengan nama yang diambil dari nama Allah.
    3. Mereka anggap ketiga sesembahan tersebut sebagai anak-anak perempuan Allah.
  1. Di antara jurus kaum musyrikin dalam melegalkan kesyirikan mereka adalah memberi nama dan sifat kepada sesembahan-sesembahan mereka dengan nama dan sifat yang mengandung kesan indah dan mengandung kekhususan Ilahiyyah.
  1. Inti kesyirikan mereka adalah bahwa mereka meyakini akan memperoleh barakah dari al-laatta, al-uzza, dan manaah (tabarruk) dengan mengagungkan, berharap, dan mempersembahkan ritual ibadah kepada sesembahan-sesembahan tersebut.
  1. Barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada kuburan yang dikeramatkan, maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada al-laatta, barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada pohon yang dikeramatkan,  maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada al-uzza, barangsiapa yang bertabarruk (ngalap berkah) kepada batu yang dikeramatkan (patung), maka perbuatannya seperti perbuatan orang yang tabarruk kepada manaah.

[Selesai]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

  1. Ringkasan Taisiirul Aziziil Hamiid, Syaikh Sulaiman bin Abdillah, hal. 178 

Sumber: https://muslim.or.id/29532-tafsir-surat-an-najm-19-23-ngalap-berkah-yang-salah-5.html

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (4)

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (4)

Tafsiran الْأُخْرَىٰ

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ

(20) dan Manaah yang ketiga (terakhir) lagi hina (sebagai anak perempuan Allah)?

Terdapat dua tafsiran untuk memaknai الْأُخْرَىٰ dalam QS. An-Najm: 20, yaitu:

1. Al-Ukhra dengan makna “hina atau rendah”, sehingga  terjemah ayatnya yaitu:

وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ

(20) dan Manah yang ketiga (terakhir) lagi hina (sebagai anak perempuan Allah)?

Makna Al-Ukhra dengan makna rendah ini juga terdapat dalam firman Allah Ta’ala,

وَقَالَتْ أُولَاهُمْ لِأُخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ

(39) Dan berkata tokoh-tokoh mereka kepada orang-orang lemah (pengikut) di antara mereka, ‘Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami (dengan diringankan azabnya), maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan” (QS. Al-A’raaf: 39).

Kata Ukhra di sini dimaknai sebagai orang-orang lemah, strata sosial yang rendah dan statusnya sebagai pengikut.

2. Al-Ukhra dengan makna “selain(nya)”maka terjemah ayatnya sebagai berikut. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ

(20) dan Manaah yang ketiga, selain (kedua)nya (sebagai anak perempuan Allah)?

Makna Ukkhra seperti ini adalah salah satu bentuk gaya bahasa Arab untuk menyertakan sesuatu yang memiliki kesamaan dengan beberapa perkara yang telah disertakan sebelumnya. Apabila bangsa Arab mengabarkan sesuatu yang berbilang, tapi salah satu dari perkara yang berbilang tersebut disangka oleh sebagian orang tidak termasuk kedalam bagiannya, karena dianggap tidak sebanding dengan dengan perkara selainnya atau tidak sepadan dengan kebesaran selainnya, maka dalam bahasa Arab diungkapkan dengan menyebutkan sesuatu yang disangka salah tersebut dan menegaskannya dengan kata aakhor atau ukhroo, sebagai penutup dalam penyebutan beberapa perkara yang berbilang tersebut.

Contohnya,

وفلانٌ هو الآخَر

“Sedangkan si anu itu juga orang lain (selain orang-orang yang telah disebutkan, pent.) yang termasuk (kedalam orang-orang tersebut)”.

Perlu diketahui, di antara suku-suku bangsa Arab, para penyembah manaah itu jumlahnya banyak, maka dalam ayat yang agung ini diingatkanlah para penyembah manaah, bahwa jumlah mereka yang banyak tidak menyebabkan diistimewakan dan dibedakannya manaah dari kedua sesembahan selainnya, karena semuanya sama, semua sesembahan itu sama-sama sesembahan selain Allah yang batil. Berarti konteks ayat kesembilan belas dan kedua puluh ini adalah menyatakan kehinaan, keburukan dan salahnya keyakinan mereka dan sesembahan mereka tersebut dan menetapkan bahwa ketiga berhala dan patung itu adalah sesembahan-sesembahan yang batil.

Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman,

أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَىٰ

(21) Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?

Ayat di atas punya dua tafsiran, yaitu:

1. Tafsiran pertama:

Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya menyebutkan tafsiran yang pertama, yaitu:

أي : أتجعلون له ولدا، وتجعلون ولده أنثى، وتختارون لأنفسكم الذكور

Maksudnya, ‘Apakah kalian menganggap Allah memiliki anak, dan kalian menetapkan anak Allah itu perempuan, sedangkan kalian memilih untuk diri kalian anak laki-laki?’”.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29527-tafsir-surat-an-najm-19-23-ngalap-berkah-yang-salah-4.html

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (3)

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (3)

Kedua1

Dengan mentasydidkan huruf ta` (ت), sehingga dibaca al-laatta (اللاَتَّ) yang merupakan ism fa’il dari  latta-yaluttu ( لَتَّ-يَلُتُّ ). Dan bacaan dengan tasydid ini merupakan bacaan Ibnu Abbas, Ibnuz Zubair, Mujahid, dan selainnya2. Pada asalnya al-laatta adalah orang saleh yang dahulu membuat adonan (makanan) dari tepung untuk memberi makan jama’ah haji, sebagai bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lalu ketika ia meninggal dunia, kaum musyrikin berdiam diri di kuburannya dan mencari berkah darinya, sebagaimana peristiwa yang terjadi di kaum Nabi Nuh tatkala mereka bersikap berlebih-lebihan terhadap orang-orang saleh. Dengan demikian al-laatta adalah kuburan yang dikeramatkan dan dicari berkahnya. Oleh karena itu, kesyirikan para penyembah al-laatta adalah ngalap berkah (tabarruk bil qubuur) kepada kuburan yang dikeramatkan.

Dan kandungan ayat ini mencakup kedua tafsiran ini, sehingga mencakup larangan terhadap dua tabarruk yang syirik ini, yaitu  ngalap berkah (tabarruk bil ahjaar) kepada batu-batu yang dikeramatkan dan ngalap berkah (tabarruk bil qubuur) kepada kuburan yang dikeramatkan.

Al-’uzza dan Bentuk Penyembahannya3

Al-uzza (الْعُزَّىٰ) adalah sebuah pohon yang berada antara kota Mekkah dan Thaif. Di dekatnya, dibangun rumah dan ada seorang dukun perempuan yang menjadi penunggunya, ia menghadirkan jin sehingga orang-orang tertipu dengan kekeramatan pohon tersebut, semua itu dilakukan dalam rangka menyesatkan orang-orang. Dahulu kaum musyrikin Quraisy dan Mekkah menyembah pohon yang dikeramatkan tersebut, yang hakekatnya adalah menyembah setan (jin) yang dihadirkan oleh dukun perempuan tersebut. Setan itulah yang terkadang berbicara dengan suara yang didengar oleh manusia, seolah-olah terkesan pohon itu yang berbicara.

Mereka menamai pohon yang dikeramatkan tersebut dengan (الْعُزَّ), karena mengambil dari (العزيز), dan ini adalah penyelewengan terhadap nama Allah, karena menamai sesembahan selain Allah dengan nama yang diambil dari nama Allah adalah pelecehan terhadap Allah. Hal ini dikarenakan tertutupnya hati mereka dari kebenaran, dengan dalih “pengagungan” terhadap sesembahan selain Allah Tabaraka wa Ta’ala tersebut.

Dahulu kaum musyrikin Quraisy dan Mekkah meyakini bisa mendapatkan berkah dari pohon yang dikeramatkan tersebut dengan mengagungkannya dan melakukan ritual penyembahan kepadanya. Dengan demikian al-’uzza adalah pohon yang dikeramatkan dan dicari berkahnya. Oleh karena itu, kesyirikan para penyembah al-uzza adalah ngalap berkah (tabarruk bil qubuur) kepada pohon yang dikeramatkan.

Manaah dan Bentuk Penyembahannya4

Manaah adalah batu besar (patung) yang dikeramatkan. maanah berada di antara kota Mekah dan Madinah. Dahulu suku khuza’ah, aus dan khazraj mengagungkannya, mereka berihram untuk haji dan umrah dari tempat patung tersebut. Penamaannya diambil dari nama Allah Al-Mannan (Yang Maha Memberi Karunia) dan dinamakan dengan manaah karena banyaknya darah binatang yang dialirkan dalam rangka ngalap berkah dengan cara menyembelih binatang di sisi batu besar tersebut.

Ingatlah! Bahwa di antara ciri khas kaum musyrikin dalam melariskan dagangan kesyirikannya adalah mengadakan upacara ritual pengaliran darah binatang untuk selain Allah Ta’ala ataupun upacara-upacara ritual selainnya yang dibuat-buat dan dikesankan memiliki nilai filosofis yang tinggi, padahal itu hanya tipu daya setan belaka, tak satupun dalil yang menunjukkan kebernarannya.

Dengan demikian, manaah adalah batu (patung) yang dikeramatkan dan dicari berkahnya. Oleh karena itu, kesyirikan para penyembah manaah adalah ngalap berkah (tabarruk bil qubuur) kepada batu (patung) yang dikeramatkan.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

___

  1. Dintisarikan dari I’anatul Mustafid, Syaikh Sholeh Al-Fauzan, hal. 216. 
  2. Lihat: Taisiirul Aziziil Hamiid, Syaikh Sulaiman bin Abdillah, hal. 175. 
  3. Dintisarikan dari At-Tamhid, Syaikh Sholeh Alusy Syaikh, hal. 130-131, I’anatul Mustafid,Syaikh Sholeh Al-Fauzan, hal. 216, dan Taisiirul Aziziil Hamiid, Syaikh Sulaiman bin Abdillah, hal. 176-177 
  4. Dintisarikan dari At-Tamhid, Syaikh Sholeh Alusy Syaikh, hal. 130-131, I’anatul Mustafid,Syaikh Sholeh Al-Fauzan, hal. 217, dan Taisiirul Aziziil Hamiid, Syaikh Sulaiman bin Abdillah, hal. 177 

Sumber: https://muslim.or.id/29525-tafsir-surat-an-najm-19-23-ngalap-berkah-yang-salah-3.html

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (2)

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (2)

Ketidak-berdayaan sesembahan-sesembahan mereka, al-laata, al-uzza, dan manaah ini semakin nampak apabila kita renungi ayat kesatu sampai kedelapan belas dari surat An-Najm yang berisikan tentang keagungan Allah Ta’ala dan kekuasaan-Nya, kemuliaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapatkan wahyu Al Quran, dan kemuliaan Malaikat Jibril ‘alaihis salam.

Sedangkan dua ayat selanjutnya, yaitu ayat kesembilan belas dan kedua puluh itu berisikan tentang perbandingan antara ketidakberdayaan ketiga sesembahan mereka yang terbesar tersebut dengan keagungan Allah Ta’ala dan kekuasaan-Nya dan perkara lainnya yang disebutkan dalam ayat-ayat yang sebelumnya.

Sebagai contoh saja, ketiga sesembahan mereka tersebut tidaklah bisa mewahyukan kepada kaum musyrikin suatu wahyu, adapun Allah Ta’ala, Dia Ta’ala mewahyukan Alquran kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,

لما ذكر الوحي إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، وذكر من آثار قدرته ما ذكر ، حاج المشركين إذ عبدوا ما لا يعقل وقال : أفرأيتم هذه الآلهة التي تعبدونها أوحين إليكم شيئا كما أوحي إلى محمد ؟

“Tatkala Allah menyebutkan wahyu yang diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tentang kekuasaan-Nya sebagaimana yang telah disebutkan (sebelumya), Allah pun membantah hujjah kaum musyrikin, karena mereka menyembah sesembahan-sesembahan yang tidak berakal.

Allah menyatakan bahwa terangkanlah kepadaku tentang sesembahan-sesembahan yang kalian sembah ini, apakah sesembahan-sesembahan ini (sanggup) menyampaikan wahyu kepada kepada kalian sebagaimana Allah mewahyukan (Alquran) kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam1.

Di samping itu, ketiga berhala dan patung mereka tersebut tidak mampu membuat mereka mencapai kedudukan yang tinggi sebagaimana yang Allah jadikan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiga berhala dan patung itupun tidak mampu menciptakan malaikat yang mulia sebagaimana Allah menciptakan malaikat Jibril ‘alaihis salam.

Lalu apakah layak berhala dan patung seperti itu dianggap sebagai sekutu-sekutu Allah Azza wa Jalla? Demikianlah seluruh pertanyaan-pertanyaan dalam Alquran Al-Karim yang bebentuk tantangan (tahaddi) dan pembuktian ketidakmampuan (ta’jiz), maka tidaklah mungkin bisa dijawab oleh kaum musyrikin sampai hari Kiamat tiba.

Siapa al-laata, al-uzza dan manaah? Bagaimana Kaum Musyrikin Menyembah Mereka?

Allah Ta’ala berfirman:

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ

(19) Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Laata dan al Uzza.

Al-Laata

Terdapat dua tafsiran Ulama rahimahumullah terhadap {اللَّاتَ}, yaitu2.

Pertama:

Tanpa mentasydidkan huruf ta` (ت): al-laata (اللَّاتَ), Dan bacaan tanpa tasydid ini adalah bacaan jumhur ulama3. Al-laata adalah batu besar halus, berwarna putih dan terukir. Jadi, Al-laata adalah sebuah patung di daerah Thaif milik Bani Tsaqif. Kaum musyrikin dahulu mencari keberkahan darinya, meminta pemenuhan hajat mereka kepadanya dan meminta kepadanya agar terangkat musibah yang menimpa kepada mereka.

Dengan demikian, al-laata adalah batu atau patung yang dikeramatkan dan dicari keberkahannya. Oleh karena itu, kesyirikan para penyembah al-laata adalah ngalap berkah (tabarruk bil ahjaar) kepada batu-batu yang dikeramatkan.

Mereka menamai batu yang dikeramatkan tersebut dengan (اللَّاتَ), karena mengambil dari (الإله), dengan anggapan bahwa al-laata memang sesembahan yang layak untuk dimintai barakah, maslahat, dan keselamatan. Demikianlah para kaum musyrikin di zaman sekarang, mereka menamai sesembahan-sesembahan mereka dengan nama yang menurut mereka indah dan mengandung kekhususan Ilahiyyah sehingga banyak orang yang tertipu dengannya, sehingga mereka mengagungkan dan menyembah sesembahan-sesembahan tersebut.

Camkanlah baik-baik! Bahwa jurus melariskan dagangan kesyirikan berupa menamai kesyirikan dengan nama yang mengandung kesan indah sebenarnya adalah jurus nenek moyang musyrikin semenjak tempoe doeloe.

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

  1. Tafsir Al-Qurthubi, QS. An-Najm: 19 
  2. Dintisarikan dari I’anatul Mustafid, Syaikh Sholeh Al-Fauzan, hal. 215 
  3. Lihat: Taisiirul Aziziil Hamiid, Syaikh Sulaiman bin Abdillah, hal. 175 

Sumber: https://muslim.or.id/29515-tafsir-surat-an-najm-19-23-ngalap-berkah-yang-salah-2.html

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (1)

Tafsir Surat An-Najm 19-23: Ngalap Berkah Yang Salah (1)

Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du:

Allah Ta’ala berfirman:

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ

(19) Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Laata dan al-Uzza,

وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ

(20) dan Manah yang ketiga (terakhir) lagi hina (sebagai anak perempuan Allah)?

أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَىٰ

(21) Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?

تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ

(22) Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ

(23) Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu adakan; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka (QS. An-Najm: 19-23).

Tafsir

Kandungan umum beberapa ayat ini adalah penetapan tauhid di hati kaum mukminin, sekaligus bantahan terhadap kesyirikan kaum musyrikin. Allah membantah kaum musyrikin penyembah berhala dan patung. Berhala dan patung yang paling mereka agungkan adalah al-laata, al-uzza, dan manaah, Allah menyatakan kepada mereka:

{أَفَرَأَيْتُمُ}

Maksudnya

Kabarkan kepadaku tentang berhala dan patung ini, apakah sesembahan-sesembahan tersebut sanggup memberi manfaat atau menimpakan mudhorot (bahaya)? Apakah sesembahan-sesembahan tersebut bisa menyelamatkanmu dari segala marabahaya?Apakah sesembahan-sesembahan itu sanggup memberi rezeki kepadamu?

Kaum musyrikin pun tidak mampu menjawabnya, karena memang terbukti bahwa sesembahan-sesembahan tersebut tidak sanggup berbuat apa-apa dan tidak mampu menolong kaum musyrikin di berbagai kancah peperangan, seperti perang badar dan selainnya.

Sesembahan-sesembahan itu pun tidak mampu menolak bahaya yang Allah timpakan kepada kaum musyrikin di berbagai peristiwa. Maka hal ini menjadi dalil yang tegas bahwa alasan mereka dalam menyembah berhala dan patung tersebut agar mendapatkan manfaat atau terhindar bahaya dari diri mereka adalah perkara yang tertolak dan batil1.

Al-Qurthubi rahimahullah dalam kitab Tafsirnya mengatakan,

وفي الآية حذف دل عليه الكلام ; أي أفرأيتم هذه الآلهة هل نفعت أو ضرت حتى تكون شركاء لله

“Dalam ayat ini sesunguhnya terdapat pola kalimat yang menyimpan kata-kata yang tak disebutkan (hadzfun). Kata-kata tersebut ditunjukkan dari konteks pembicaraan, yaitu ‘Terangkanlah kepadaku tentang berhala dan patung ini, apakah sesembahan-sesembahan ini sanggup memberi manfaat atau menimpakan mudharat (bahaya) hingga merekapun dianggap sebagai sekutu-sekutu Allah.”

[Bersambung]

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

____

  1. Diintisarikan dari Al-Mulakhhosh, Syaikh Sholeh Al-Fauzan, hal. 88-89 dan I’anatul Mustafid, Syaikh Sholeh Al-Fauzan, hal. 215. 

Sumber: https://muslim.or.id/29495-tafsir-surat-an-najm-19-23-ngalap-berkah-yang-salah-1.html

Keindahan Islam (14)

Keindahan Islam (14)

Ibnu Hazm rahimahullah menjelaskan,

لا خلاف بين أحد من أهل اللغة والشريعة في أن كل وحي نزل من عند الله تعالى فهو ذكر منزل فالوحي كله محفوظ بحفظ الله تعالى له بيقين وكل ما تكفل الله بحفظه فمضمون ألا يضيع منه وألا يحرف منه شيء أبدا تحريفا لا يأتي البيان ببطلانه

“Tidak ada perselisihan diantara ahli bahasa Arab dan ulama syari’at bahwa setiap wahyu yang diturunkan dari sisi Allah Ta’ala itu disebut dengan “Adz-Dzikru” yang diturunkan (dari-Nya). Oleh karena itu, seluruh wahyu (baik Alquran maupun As-Sunnah, pent.) itu dengan yakin (pasti) dijaga dengan penjagaan dari Allah Ta’ala . Dan setiap sesuatu yang Allah jamin penjagaannya, maka sesuatu itu tidak akan ditelantarkan dan tidak akan dibiarkan sedikitpun untuk diselewengkan tanpa ada satupun bantahan yang menyatakan kebatilannya, selama-lamanya (AL-Ihkam fi Ushulil Ahkam).

Dari sinilah nampak keindahan agama Islam yang bersumber pada Alquran dan As-Sunnah ini, karena agama ini terjaga dan tidak mungkin Alquran dan As-Sunnah  dirubah, dikurangi, ditambah, diganti ataupun diselewengkan tanpa ada ulama yang bangkit meluruskannya atau menjelaskan kebatilannya. Hal ini mendorong pemeluk agama Islam semakin mantap mempelajari dan mengamalkan seluruh ajaran agama Islam yang senantiasa murni sebagaimana pertama kali Allah Ta’ala turunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Penutup

Sesungguhnya apa yang penyusun sampaikan barulah sekelumit dari keistimewaan dan keindahan agama Islam ini, itupun dengan kalimat dan ungkapan yang sangat jauh dari kesempurnaan dalam menggambarkan keindahan satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah Ta’ala ini.

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan,

و لا يمكن ضبط الحكم و المصالح في باب واحد من أبواب العلم، فضلا عن جميعه

“Tidak mungkin bisa disebutkan semua hikmah dan maslahat dalam satu bab ilmu (Syari’at) ini, apalagi jika harus disebutkan semuanya.”

Keindahan tentang shalat saja, misalnya, kita tidaklah bisa mengungkapkan seluruh hikmah dan maslahat yang terdapat di dalamnya, apalagi jika harus menyebutkan semua hikmah dan maslahat dari zakat, puasa, haji, amar ma’ruf nahi mungkar, dan seluruh syari’at Islam ini, maka suatu hal mustahil mampu  diungkapkan oleh manusia.

Namun, penyusun berharap lima keistimewaan yang sekaligus merupakan keindahan agama Islam ini, yaitu

  1. Islam adalah agama yang sempurna
  2. Islam agama Tauhid
  3. Islam adalah agama yang mudah
  4. Agama Islam terbangun di atas meraih kebaikan dan menolak bahaya
  5. Allah Ta’ala menjaga agama Islam ini dari perubahan, menjadi pendorong yang kuat bagi seorang muslim untuk membentengi dirinya dari segala hal yang merusak keimanannya dan ia semakin terdorong untuk meningkatkan keimanannya. Serta diharapkan pula risalah ini mendorong non muslim untuk tertarik kepada agama Islam yang sangat indah, agung dan sempurna ini.

Wa shallallahu wa sallam ‘ala Nabiyyina Muhammad, walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

***

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Sumber: https://muslim.or.id/29493-keindahan-islam-14.html