Ingat Mati

Ingat Mati

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا المصطى محمد وعلى آله وصحبه ومن اهتدى بهديه وبعد,
Kehidupan dunia ini hanyalah sesuatu yang sebentar, yang di berikan oleh sang pemilik kehidupan yakni Rabb kita Allah سبحانه و تعالى , agar di waktu yang singkat tersebut, kita mengusahakan keberuntungan yang hakiki, berupa ridha dan rahmat Allah سبحانه و تعالى di kehidupan yang penuh dengan kekekalan dan kenikmatan yakni di surga yang ada di akherat kelak , dengan beramal shalih, dengan taat kepada Allah سبحانه و تعالى,.
Dan kehidupan dunia ini pula adalah sesuatu yang melenakan lagi melalaikan, yang bisa memalingkan manusia kepada sebuah penyesalan yang tak berujung, dengan mendapatkan murka Rabb semesta alam, yakni dalam kehidupan yang kekal dalam Neraka yang penuh dengan siksa yang tak terperikan.
Allah سبحانه و تعالى telah memperingatkan akan hal itu, Allah سبحانه و تعالى berfirman:
﴿كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥﴾ [ آل عمران:185-185]
185. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Al ‘Imran:185]
Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Rabi’ah menasihati Sufyan Ats-Tsauri,
إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.
“Sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu juga telah hilang. Dan hampir-hampir saja ketika sebagian dari dirimu berlalu, akan hilanglah seluruh dirimu. Dan Engkau telah menyadari hal itu, maka beramallah.” (Shifatush Shofwah, 2: 245)
Hadirkanlah senantiasa kematian itu dalam hatimu, karena Nabi kita tercinta صلى الله عليه و سلم telah perintahkan dengan sabdanya:
(( أكثروا ذكر هاذم اللذات )) رواه أحمد والنسائ وابن ماجه
“Perbanyaklah untuk mengingat pemutus keledzatan.” HR. Ahmad, an Nasa’I dan Ibn Majah
Dengan mengingat kematian, seorang akan mendapatkan banyak kebaikan sebagaimana di katakan oleh ad Daqaq رحمه الله :

قال الدقاق: مَن أكثر ذكر الموت، أُكرم بثلاث: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة، ومن نسيه، عوقب بثلاث: تسويف التوبة، وترك الرضا بالكفاف، والتكاسل في العبادة؛ (التذكرة للقرطبي صـ: 126).

Berkata ad Daqaq رحمه الله : “ Barang siapa bayak mengingat kematian, maka akan di muliakan dengan tiga perkara: (1) segera bertaubat, (2) qana’hnya hati, (3) semangat dalam ibadah. Dan barang siapa lalai dari kematian, maka dia akan di hukum dengan tiga perkara: (1) menunda-nunda taubat, (2) tidak ridha dengan kecukupan rizki (rakus dunia), (3) bermalas-malasan dalam beribadah. (at Tadzkirah lil Qurthubi: 126)

Mudah-mudahan Allah سبحانه و تعالى senantiasa memberikan taufiknya kepada kita, untuk senatiasa beramal kebaikan dalam kehidupan yang singkat ini, untuk kemaslahatan kita dalam kehidupan yang kekal, di kehidupan akherat kelak…

وبالله التوفيق والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

KHUTBAH JUM’AT – Gembira dengan Datangnya Bulan Ramadhan

KHUTBAH JUM’AT – Gembira dengan Datangnya Bulan Ramadhan

اِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ,وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أمَّا بَعْدُ. اَللَّهُمَ صَلِّ وَ سَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

 

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada hamba dan utusan-Nya; nabi kita Muhammad shalallahu allaihi wa sallam beserta keluarga, para sahabat dan para pengikut ajarannya hingga hari kiamat tiba.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat kepada kita untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan, karena betapa banyak manusia yang tidak sampai umurnya untuk berjumpa dengan bulan Ramadhan. Manakala kita bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan, semoga Allah sempurnakan dengan kebaikan dan amal shalih, karena betapa banyak manusia yang berjumpa dengan bulan Ramadhan namun melewatinya dengan perbuatan sia-sia bahkan berpaling dari kebaikan.

Manusia itu adakalanya mempergunakan waktunya untuk kebaikan, sehingga waktunya bermanfaat. Namun adakalanya manusia mempergunakan waktunya untuk keburukan, sehingga menimpakan kerusakan pada dirinya sendiri.

Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah

Jiwa pada diri manusia adalah sesuatu yang paling berharga.  Ada manusia yang merawat jiwanya namun ada pula yang menelantarkannya. Jiwa dirawat dengan baik manakala dia dipelihara dengan amal kebaikan, disucikan dengan ketaatan serta dikendalikan hanya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Sebaliknya, jiwa ditelantarkan manakala pemiliknya gemar bermaksiat, malas dan menuruti semua keinginan hawa nafsunya. Oleh karena itu Allah berfirman.

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

“demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,  sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),  dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”. (asy-syam ayat 7-10).

Sungguh beruntung orang yang memilih untuk menyucikan jiwanya yakni membersihkan jiwanya dari kemaksiatan dan dosa, kemudian memperbaikinya dengan berbagai ketaatan dan kebaikan.

Sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya dengan perbuatan dosa dan maksiat, kemudian menelantarkan jiwanya dan membiarkan jiwanya hanyut kepada hawa nafsunya.

Manusia telah diberikan kebebasan untuk memilih, menyucikan jiwanya ataukah mengotori jiwanya, memelihara ataukah menelantarkannya. Namun semua pilihannya tersebut ada konsekuensinya

Oleh karena itu Allah berfirman:

يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ مَا سَعٰىۙ وَبُرِّزَتِ الْجَحِيْمُ لِمَنْ يَّرٰى

“yaitu pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan neraka diperlihatkan dengan jelas kepada setiap orang yang melihat”. (An-Naziat 35-36)

Betapa banyak manusia yang menganggap neraka hanya sebuah dongeng belaka sehingga mereka asyik kedalam kemaksiatan, karena mereka merasa tidak perlu bertanggung jawab di kemudian hari terhadap apapun yang telah mereka lakukan.

Di dunia ini Kita tidak bisa melihat neraka, karena neraka adalah alam ghaib. Namun demikian kita beriman dengan adanya neraka. Kita melakukan berbagai amal shalih untuk bisa menjauhkan diri kita dari neraka, walaupun kita tidak melihatnya.

Di akherat  manusia akan melihat neraka dengan jelas di depan matanya sendiri. Sebelumnya neraka adalah sesuatu yang tersembunyi kemudian nantinya akan menjadi sebuah kenyataan, neraka ditampakkan di depan manusia kemudian manusia teringat akan semua amal perbuatannya di dunia.

Nasib manusia di akherat akan berbeda-beda sebagai bentuk konsekuensi dari apa yang telah dipilihnya ketika di dunia, kebaikan ataukah keburukan. sebagaimana firman Allah Ta’ala:

فَاَمَّا مَنْ طَغٰىۖ وَاٰثَرَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۙ فَاِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

“Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya.” (An-Naziat 37-39).

Kemudian Allah juga berfirman:

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya). (an-Naziat:40-41)

Setiap orang pasti akan menghadap Rabbnya dan akan dihitung segala amal perbuatannya. Orang yang meyakini bahwa nantinya dia akan berdiri di depan pengadilan Allah sedangkan dia khawatir akan nasib dirinya, maka selagi di dunia, dia akan bersemangat untuk beramal shalih dan mengendalikan hawa nafsunya. Lalu bagaimanakah dengan diri kita? apakah kita memiliki kekhawatiran dengan nasib kita di akherat? Lalu bagaimanakah dengan persiapan kita manakala hari pengadialan itu tiba?

Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah

Sebagai bentuk kebaikan Allah kepada kita; Allah telah menjadikan sejumlah waktu kepada para hambanya yang beriman. Sejumlah waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla dengan berbagai ketaatan, dan melaksanakan apa-apa yang Allah wajibkan kepada mereka. Sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang beruntung yang mendapatkan ridha Allah Azza wa Jalla dan bisa masuk surga pada hari kiamat. Di antara waktu-waktu istimewa itu adalah bulan Ramadhan.

Maka anda sebagai seorang muslim bergembiralah! pada bulan Ramadhan,  dibukakan untuk anda pintu dan dimudahkan berbagai jalan menuju surga di bulan itu. Sebagaimana yang telah Nabi shallallahu alaihi wa sallam khabarkan

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu” (hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Bisa jadi kita dimasukkan ke dalam surganya Allah karena puasa kita, karena shalat malam kita, karena bacaan qur’an kita, karena shadaqah kita, karena kesabaran kita dan ketaatan lainnya yang mana itu semua dibukakan keutamaannya dengan seluas-luasnya pada bulan ramadhan. Maka sambutlah, maka bergembiralah dan laksanakan karena ikhlas dan mengharap pahala dari Allah Azza wa Jalla.

Adapun manusia yang mengabaikan wasiat Allah Azza wa Jalla, kemudian mereka lebih memilih untuk mengikuti hawa nafsu dan syahwat mereka, dan menelantarkan apa yang Allah wajibkan atas mereka, bahkan mereka melakukan apa-apa yang Allah telah haramkan untuk mereka, maka sesungguhnya Allah telah menyiapkan kepada mereka; neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.

Orang yang berpaling dari kebaikan dan lebih memilih hanyut dalam kemaksiatan, pintu neraka selalu terbuka untuk mereka karena mereka tidak mengenal bulan Ramadhan. Perhatian mereka hanya tertuju pada permasalahan perut dan keinginan mereka hanyalah memenuhi segala kesenangan di dunia. Bagi mereka bulan Ramadhan tidak ada nilainya sama sekali, padahal mereka telah dibekali kenikmatan berupa akal, pendengaran, penglihatan serta penjelasan Allah kepada mereka.

Kenikmatan dari Allah berupa akal, hati dan panca indra tidak mereka pergunakan dengan semestinya. Mereka pura-pura buta yang seolah-olah tidak mengetahuinya. Hati mereka tidak mengambil manfaat dari apa yang telah Allah jelaskan, demikian pula dengan pendengaran dan penglihatan mereka. Oleh karena itu pada hari kiamat mereka akan berkata:

لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ اَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْٓ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ

“Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al Mulk:10).

Saat ini kita masih di dunia, belumlah terlambat untuk menyadari semuanya. Ramadhan sebentar lagi tiba, maka mari kita bergembira dengan memperbanyak amal kebaikan dan meningkatkan kualitas iman.

 

باَرَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِمْ, أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰه إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

Khatbah kedua:

اَلْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

أمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah

Sesungguhnya Bulan ramadhan adalah kesempatan yang sangat berharga dalam hidup kita. Wahai kaum muslimin, manfaatkanlah bulan ramadhan! Mintalah kepada Allah untuk membantu kita beramal shalih di dalamnya! Mintalah kepada Allah untuk menerima amal kita dan memberikan tambahan anugerahnya!

Barang siapa berjumpa dengan bulan ramadhan kemudian Allah memberikan kepadanya kemampuan memanfaatkan  bulan ramadhan, maka dia telah mendapatkan nikmat yang besar.

Meskipun orang itu tidak punya harta benda namun apabila Allah memberikan anugerah padanya dengan berjumpa dengan bulan ramadhan, hakekatnya dia adalah orang yang kaya raya, dia adalah saudagar yang berdagang di perdagangan akherat.

Orang kaya bukanlah orang yang memiliki dunia ini jika dia menelantarkan akheratnya. Orang yang menelantarkan akheratnya hakekatnya adalah orang yang fakir meskipun dia memiliki harta yang melimpah karena hidupnya senantiasa dalam kerugian. Hakekatnya dunia tidak bisa dimiliki siapapun dari kalangan manusia, dunia hanya tempat lewat saja. Dunia ini bagaikan jalan yang dilewati siapa saja, begitu terlewat maka akan dipakai oleh orang lain.

Kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk memberikan taufik pada kita agar memanfaatkan waktu dengan baik, bersegera dalam ketaatan, dan bertaubat dari dosa dan keburukan, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad shallallahu alai wa sallam, para keluarga, para sahabat serta para pengikut ajarannya.

 

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهَيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَ غْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَلمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

اَللَّهُمَّ إِنّاَ نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَ وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

اَللَّهُمَّ إِنِّاَ نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

اللَّهُمَّ آتِنا أنْفُسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أنتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

Oleh: Heru Pardiono

KHUTBAH JUM’AT – Meraih Lezatnya Iman

KHUTBAH JUM’AT – Meraih Lezatnya Iman

اِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ,وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أمَّا بَعْدُ. اَللَّهُمَ صَلِّ وَ سَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Sesungguhnya segala pujian hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya dan memohon kepada-Nya perlindungan dari keburukan jiwa dan keburukan perbuatan kita. Barang siapa Allah berikan petunjuk kepadanya maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya dan barang siapa Allah sesatkan maka tidak ada seorangpun yang dapat memberikannya petunjuk.

Bahwasanya tidak ada sesembahan yang patut disembah melainkan Allah yang Maha Tunggal, yang tidak ada sekutu baginya serta tidak ada lawan dan tandingannya, dan bahwasanya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam adalah seorang hamba dan utusan-Nya yang diutus dengan membawa agama yang mulia yakni Al Islam

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam, keluarganya, para sahabatnya serta para pengikut ajarannya hingga hari pembalasan

Selanjutnya, tidak lupa kami mewasiatkan kepada diri pribadi kami, dan kepada jama’ah sekalian, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kita, karena keimanan dan ketakwaan merupakan sebaik-baiknya bekal menuju akherat kelak.

Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Allah telah berfirman dalam surat At-Tien ayat 4:

﴿ لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ٤ ﴾

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Dari ayat tersebut, kita mendapatkan berita bahwa manusia telah diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik bentuk sehingga manusia adalah makluk yang paling mulia di muka bumi ini. Pembeda antara manusia dangan makluk lainnya adalah manusia diciptakan dengan dilengkapi hati dan akal. Hal yang paling mulia di dalam hati manusia adalah iman dan hal yang paling mulia pada akal manusia adalah tadabbur atau perenungan. Dengan demikian orang dikatakan mulia apabila hatinya dihiasi dengan iman dan akalnya dipergunakan untuk memahami dan memikirkan.

Iman pada diri manusia itu memiliki banyak cabang, cabang tertingginya adalah kalimat laa ilaha illallah dan cabang terendahnya adalah menghilangkan gangguan di jalan, dan rasa malu itu adalah salah satu cabang iman. Hal ini sebagaimana yang telah Rasulullah shallallahu alaihi wassallam sabdakan:

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Banyak sekali keutamaan pada diri seseorang yang di dalam hatinya dihiasi oleh iman. Diantaranya adalah:

Yang pertama, dia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97:

﴿ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ٩٧ ﴾

Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

 

Yang kedua, dia akan mendapatkan naungan pada hari kiamat.

Allah berfiman dalam surat gafir ayat 51:

﴿ اِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُوْمُ الْاَشْهَادُۙ ٥١ ﴾

Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat),

Yang berikutnya, dia akan senantiasa mendapatkan ketenangan jiwa.

﴿ هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ… ٤ ﴾

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada).

Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah.

Iman pada diri manusia akan bertambah dengan ketaatan dan akan berkurang dengan kemaksiatan. Sebagai manusia lumrah pada umumnya pastilah kita semua pernah melakukan kemaksiatan. Iman pada diri manusia akan mengalami pasang surut. Ketika manusia disibukkan dengan kemaksiatan maka dia akan jauh dari ketaatan, namun sebaliknya ketika seseorang waktunya dihabiskan untuk ketaatan maka insyaAllah dia akan terjaga dari kesibukan maksiat.

Diberikannya iman dan kemampuan akal pada diri kita adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya maka harus dijaga dengan sekuat tenaga. Bagaimanakah caranya? Diantara usahanya adalah:

Pertamajangan pernah putus berdoa. Karena keshalihan atau ketaatan yang dilakukan oleh seseorang tidak lepas dari taufik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Diantara doa-doanya adalah :

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ ٨

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)“, (QS.Ali Imran: 8)

Kemudian ada juga doa:

يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلىٰ دِيْنِكَ

Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu

 

Kedua, selalu mengingat akherat. Mulai dari mengingat nasib kita di alam barzah, yaumul hisab, meniti shirat sampai dimasukkan ke surga ataukah ke neraka. Mengingat akhirat adalah motivator terbesar bagi kita untuk berjibaku, berletih-lelah, tekun dan sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla.

Banyak perintah Nabi shalallahu alaihi wassalam diawali dengan peryataan iman, sebagai contoh:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”

Semakin seseorang meyakini adanya kehidupan akherat maka dia akan semakin termotivasi untuk menjalankan ketaatan, dan sebaliknya seseorang yang lemah keyakinannya akan akherat maka ibadahnya malas-malasan dan bahkan gemar bermaksiat.

Cara Nabi shallallahu alaihi wassalam memotivasi kita  semuanya, diantaranya adalah dengan menyebutkan dan mengingatkan akherat sebelum memberikan perintah. Sehingga ketika kita menjaga lisan, berbuat baik dengan tetangga dan menghormati tamu dikaitkan dengan kualitas keimanan. Maka dari itu, ketika seorang hamba memiliki kualitas iman yang baik dengan sang peciptanya maka dia akan memiliki hubungan yang berkualitas pula dengan para sesamanya.

Ketiga, belajar ilmu agama.

Seorang mukmin hendaknya menjadikan ilmu sebagai dasar dalam ibadah dan kehidupannya. Ilmu tentang akidah yang benar merupakan landasan utama agar keimanannya sempurna. Ibadah seseorang akan diterima oleh Allah Azza Wa Jalla jika tegak diatas ilmu, sehingga mempempelajari agar ibadah menjadi ikhlas dan sesuai dengan tuntutan, menuntut bagi seseorang untuk belajar ilmu akidah dan ilmu fikih.

Idealnya, semakin bertambah pemahaman dan ilmu seseorang maka kualitas imannnya akan semakin baik. Dengan kata lain semakin akal manusia dipergunakan untuk memahami dan memikirkan ayat-ayat Allah maka insyaAllah keimanannya akan semakin kokoh.

باَرَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِمْ, أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰه إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah kedua:

اَلْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

أمَّا بَعْدُ

Ma’asyirol muslimin jama’ah sholat jum’at rahimani wa rahimakumullah

Manusia yang mulia adalah manusia yang hatinya dihiasi dengan iman dan akalnya dipergunakan untuk memahami dan memikirkan ayat-ayat Allah, sebaliknya manusia yang hina adalah manusia yang hatinya kering dari iman serta akalnya tidak dipergunakan dengan semestinya sehingga larut dalam kejahilan.

Jangan sampai diri kita semua masuk ke dalam golongan manusia yang Allah khabarkan sebagai golongan yang hina bahkan derajatnya lebih rendah dari binatang ternak. Allah berfirman:

﴿ وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ ١٧٩ ﴾

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.

 

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهَيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَ غْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَلمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ

رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ

رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

اَللَّهُمَّ إِنّاَ نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَ وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

اَللَّهُمَّ إِنِّاَ نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

اللَّهُمَّ آتِنا أنْفُسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أنتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

Oleh: Ust. Heru Pardiono, S.Sos